Our news
,
Jakarta
–
Pati resisten
semakin banyak digunakan dalam pola makan masyarakat karena potensi manfaat kesehatannya. Nutrisi ini diketahui dapat mendukung proses pencernaan, membantu pengelolaan berat badan, mencegah penyakit, serta menunjang berbagai fungsi vital tubuh.
Resistant starch can also be part of
pola hidup sehat
yang mencakup asupan gizi seimbang, aktivitas fisik, tidur yang cukup, dan kebiasaan positif lainnya untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut sederet manfaat pati resisten bagi kesehatan:
1. Improve Gut Health
Pat resistant berperan dalam meningkatkan kesehatan saluran pencernaan. Dilansir dari
WebMD
Berbeda dengan pati biasa yang terurai menjadi glukosa saat dicerna, pati resisten tidak mengalami pemecahan tersebut.
Ketika difermentasi di usus besar, pati resisten merangsang pertumbuhan bakteri baik yang bermanfaat bagi kesehatan usus secara keseluruhan. Dampaknya yang baik dirasakan seperti berkurangnya sembelit, penurunan kadar kolesterol, serta menurunnya risiko terkena kanker usus besar.
2. Menjaga Rasa Kenyang Lebih Lama
Pat resistant lebih sulit dicerna, sehingga tubuh membutuhkan lebih banyak energi untuk memprosesnya. Proses ini membuat rasa kenyang bertahan lebih lama dan menunda rasa lapar. Faktor ini akan menyebabkan asupan makanan cenderung berkurang, yang mendukung upaya penurunan berat badan.
3. Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Dikutip dari
Healthline
,
pati resisten berperan dalam meningkatkan respons sel-sel tubuh terhadap insulin. Peningkatan sensitivitas insulin ini penting karena dapat membantu mencegah berbagai penyakit kronis. Rendahnya sensitivitas insulin atau dikenal sebagai resistensi insulin merupakan faktor risiko utama sejumlah kondisi serius seperti sindrom metabolik, diabetes tipe 2, obesitas, penyakit jantung, dan Alzheimer.
4. Promoting Weight Loss
Dikutip dari
WebMD
Patinya, pati resisten yang sulit dicerna membuat tubuh memerlukan lebih banyak energi untuk memecahnya. Pati resisten juga berfungsi menurunkan kadar hormon pemicu rasa lapar sehingga meningkatkan rasa kenyang dan menekan nafsu makan.
Rasa kenyang yang bertahan lebih lama berperan dalam mengurangi keinginan untuk mengonsumsi camilan secara berlebihan serta membantu menurunkan asupan kalori harian.
5. Menekan Nafsu Makan
Ahli gizi, Susan Weiner, menyampaikan bahwa sejumlah manfaat yang dikaitkan dengan pati resisten memang didukung oleh bukti ilmiah. Namun demikian, tetap diperlukan penelitian lanjutan, terutama mengenai hubungan antara pati resisten, pengelolaan glukosa, dan penurunan berat badan. Pernyataan ini selaras dengan temuan dalam tinjauan ilmiah tahun 2022 yang dipublikasikan di
Frontiers in Nutrition
.
Review tersebut mengidentifikasi adanya perubahan pada penanda inflamasi dan kadar glukosa pada individu dengan asupan pati resisten yang lebih tinggi. Ada juga indikasi bahwa pati resisten dapat membantu menekan nafsu makan. Weiner menambahkan bahwa penting bagi seseorang untuk tetap peka terhadap sinyal kenyang dari tubuh, serta memastikan konsumsi makanan pendamping yang bergizi, seperti sayuran dan buah-buahan.
6. Membantu Perbaikan Kesehatan Metabolik
Dikutip dari artikel ilmiah yang ditulis oleh Fatmayanti Nawai, Ahmad Syauqy, dan Adriyan Pramono berjudul
Studi Literatur: Manfaat Serat dan Pati Resisten terhadap Kesehatan Metabolik
pada
Journal of Work Nutrition and Productivity
,
Konsumsi serat dan pati resisten terbukti memberikan manfaat terhadap penurunan berat badan serta perbaikan kesehatan metabolik jika dikonsumsi dalam dosis dan jangka waktu yang tepat, baik pada individu dengan obesitas maupun penderita diabetes melitus.
Asupan serat dan pati resisten yang sesuai anjuran dapat membantu mengontrol kadar gula darah, memperbaiki profil lipid, meningkatkan sensitivitas insulin, serta mengurangi peradangan dalam tubuh.
Konsumsi yang direkomendasikan
serat
adalah sebanyak 25–30 gram per hari selama lebih dari delapan minggu. Sementara konsumsi pati resisten dianjurkan sebesar 30 persen pada penderita obesitas dan 40 persen pada penderita diabetes melitus selama lebih dari dua belas minggu. Jumlah ini berperan menurunkan kadar glukosa darah postprandial dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Naomi A. Nugraheni
berkontribusi dalam penulisan artikel ini.