Our news
,
Jakarta
– Melangkah keluar dari zona nyaman bukan hal mudah bagi Almi Alfarghiani Casbana. Namun ia membuktikan bahwa keberanian untuk mencoba bisa membuka jalan menuju mimpi besar. Peraih
Scholarship
Ajinomoto pada tahun ajaran 2022 berhasil meraih gelar Master of Science dalam bidang
Ilmu Gizi
dari Kagawa Nutrition University (KNU), Jepang. Almi masih ingat bagaimana ia sempat merasa kesulitan ketika harus mengikuti kompetisi ketat untuk memenangkan 1 bangku beasiswa yang tersedia. “Setiap tahunnya hanya memilih satu orang penerima beasiswa. Jadi bisa dibilang Ajinomoto mencari yang terbaik untuk diberikan beasiswa melanjutkan studi ke Jepang,” kata Almi dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 25 Juni 2025.
Saat itu Almi memulai sebagai mahasiswa peneliti pada April 2022 – Maret 2023, melanjutkan studi sebagai mahasiswi Program Magister pada April 2023 – Maret 2025. Ia pun berhasil lulus dan diwisuda pada April 2025. Almi kemudian melanjutkan kariernya sebagai Penelitian dan Pengembangan di Kawasaki Factory – Ajinomoto, Jepang.
“Selama mengikuti program beasiswa dari Ajinomoto ini, saya tidak hanya memperdalam ilmu dan pengetahuan di bidang pangan dan gizi, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga dengan bertemu teman-teman dari berbagai negara dan latar belakang budaya, yang memperluas wawasan dan perspektif saya,” kata Almi.
Selama menjalani program beasiswa ini, Almi juga bisa fokus pada studinya dan merasa aman serta nyaman. Hal ini wajar karena jumlah uang beasiswanya lebih dari cukup untuk bertahan hidup selama tinggal di Jepang. Setelah menyelesaikan studi di KNU, Almi mengaku diterima untuk berkarier di Departemen Research & Development Ajinomoto Headquarter Jepang. Mungkin ada beberapa temannya yang menilai ia bekerja di sana karena merupakan peraih beasiswa Ajinomoto. “Namun sebenarnya, para penerima beasiswa dari Indonesia dibebaskan untuk memilih jalur karir masing-masing. Setelah lulus, saya memang menargetkan untuk berkarier di perusahaan makanan agar sejalan dengan bidang keilmuan saya,” katanya.
Almi mengatakan bahwa ia mendaftar dan mengikuti seleksi dengan jalur dan proses yang sama seperti pelamar lainnya, yaitu tahap seleksi, mulai dari seleksi dokumen, tes skolastik, wawancara tahap 1, wawancara tahap 2, dan wawancara final. “Proses seleksi di Ajinomoto Jepang sangat ketat dan panjang, mengingat Ajinomoto adalah salah satu perusahaan yang masuk dalam Top 5 pilihan utama lulusan Jepang menurut beberapa situs job-hunting ternama (seperti Asahi Gakujo, MyNavi, Yahoo! News, dll), sehingga saya harus bersaing dengan lulusan-lulusan terbaik dari seluruh Jepang,” katanya.
Tentu saja, hidup di Jepang tidak semudah yang kebanyakan orang kira. Almi sempat merasa kesulitan ketika menjalani tiga tahun melanjutkan studi di Jepang. “Saya menghadapi kendala bahasa karena semua komunikasi dan perkuliahan di kampus dilakukan dalam bahasa Jepang, terutama terkait dengan istilah-istilah teknis dalam bidang pangan dan gizi,” katanya.
Meski demikian, ia merasa sangat bersyukur karena Ajinomoto Scholarship memberikan fasilitas sekolah bahasa selama satu tahun penuh. Belajar di sekolah bahasa memungkinkan Almi untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jepang secara intensif. Saat memasuki program magister, Almi pun masih merasa kesulitan dengan penggunaan alat-alat analisis yang menjadi bagian penting dalam penelitian. “Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari senior di laboratorium, saya akhirnya dapat menguasai teknik analisis tersebut dan mulai melakukan penelitian secara mandiri,” ucap Almi.
Almi juga menceritakan momen yang paling berkesan baginya, yaitu ketika ia melakukan presentasi hasil penelitian dalam konferensi ilmiah pada ‘The 78th Annual Meeting of Japan Society of Nutrition and Food Science’ yang diselenggarakan di Fukuoka. Hari itu merupakan pengalaman pertama Almi mengikuti konferensi ilmiah. “Sehingga saya sempat merasa gugup dan cemas. Namun, sensei (dosen pembimbing) dan lab-mates sangat membantu dengan memberikan latihan presentasi,” kata Almi.
Ia beruntung mendapat banyak sekali dukungan. “Saya juga berdoa agar lancar dan mampu menjawab pertanyaan dengan percaya diri di sesi diskusi. Momen ini juga sangat berkesan karena saya bisa mengunjungi Fukuoka, yang terletak di prefektur Kyushu di ujung selatan pulau utama Jepang,” lanjutnya.
Tidak hanya soal akademik, Almi juga mempelajari budaya baru di Jepang. “Setelah menyelesaikan program magister dan kini menjalani karier di bidang penelitian dan pengembangan Ajinomoto Jepang, ke depannya saya ingin memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat melalui pengembangan potensi asam amino untuk menghadirkan rasa lezat dalam setiap masakan sehingga dapat mendorong konsumsi makanan bergizi seimbang, serta melalui penelitian mengenai fungsi asam amino dalam membantu menciptakan solusi bagi permasalahan gizi masyarakat,” kata Almi.
Kisah penerima beasiswa Ajinomoto lainnya adalah Rafiq Usdika Maulana. Pemuda asal Solok, Sumatera Utara ini merupakan penerima beasiswa tahun 2026. Lulusan S1 Program Studi (Prodi) Bioteknologi – Universitas Brawijaya tersebut akan melanjutkan pendidikan magister di Jepang pilihannya. “Melalui beasiswa ini, saya berharap dapat menjalani studi S2 ini dengan sebaik-baiknya, serta memberikan kontribusi nyata di bidang yang saya tekuni,” katanya.