Our news
,
Jakarta
–
Musim kemarau telah tiba di berbagai wilayah dan membawa serta peningkatan
suhu panas
lingkungan yang cukup signifikan. Kondisi ini berpotensi menyebabkan kenaikan suhu tubuh, terutama ketika seseorang terpapar panas ekstrem dalam waktu lama.
Untuk mengatasi rasa tidak nyaman tersebut, masyarakat sering menggunakan obat antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen secara mandiri. Namun, penggunaan obat-obatan ini tanpa pengawasan medis dapat menimbulkan risiko, terutama ketika tubuh mengalami stres termal akibat suhu lingkungan yang tinggi.
Risiko Klinis Penggunaan Antipiretik pada Suhu Panas Ekstrem
Dikutip dari jurnal
Jurnal Internasional Ilmu Farmasi dan Kedokteran
menyoroti hubungan antara penggunaan antipiretik dan reaksi tubuh terhadap suhu lingkungan. Penggunaan obat pereda panas pada saat suhu lingkungan berada dalam kondisi tinggi berpotensi menimbulkan risiko yang tidak disadari. Salah satu dampak utamanya adalah tertutupnya gejala awal heat stroke, seperti peningkatan suhu tubuh, kulit kering, dan kebingungan mental, yang seharusnya menjadi sinyal peringatan bagi tubuh. Ketika gejala tersebut tersamarkan oleh efek antipiretik, respons alami tubuh dalam menjaga suhu inti menjadi terganggu. Dalam konteks ini, obat antipiretik seperti parasetamol atau ibuprofen bukan hanya tidak memberikan manfaat yang diharapkan, tetapi justru dapat memperburuk kondisi hipertermia, terutama jika digunakan tanpa indikasi medis yang tepat.
Dalam kondisi lingkungan bersuhu tinggi, kemampuan tubuh untuk mempertahankan suhu inti sangat bergantung pada mekanisme pengeluaran panas, salah satunya melalui penguapan keringat. Penggunaan antipiretik dalam situasi ini dapat mengganggu proses tersebut, sehingga tubuh kesulitan menyesuaikan diri terhadap stres panas eksternal. Akibatnya, risiko terjadinya komplikasi termal meningkat, khususnya pada kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, serta individu dengan gangguan fungsi hati atau ginjal yang memiliki kapasitas metabolik lebih terbatas. Kelompok ini cenderung mengalami respons termoregulasi yang lebih lambat, sehingga paparan panas dalam jangka waktu singkat pun dapat menimbulkan efek yang serius.
Dikutip dari jurnal
The Lancet eClinicalMedicine
Penggunaan parasetamol dalam kondisi suhu ekstrem memerlukan kewaspadaan tinggi, karena dapat mempengaruhi stabilitas hemodinamik tubuh. Obat ini, meskipun secara umum dianggap aman dalam penggunaan sehari-hari, memiliki potensi efek samping yang serius jika digunakan dalam jangka panjang atau pada dosis yang melebihi anjuran. Dalam situasi paparan panas berlebihan, parasetamol dapat memperburuk kondisi hipotensi (tekanan darah rendah) dan mempercepat kehilangan cairan tubuh. Hal ini berisiko meningkatkan kejadian dehidrasi, yang merupakan salah satu pemicu utama terjadinya heat exhaustion maupun heat stroke.
The Importance of Rational Drug Use Education
Penggunaan obat penurun panas dalam kondisi suhu ekstrem tidak selalu memberikan manfaat, bahkan dapat menimbulkan risiko kesehatan jika dilakukan tanpa pengawasan medis. Obat seperti paracetamol atau ibuprofen seharusnya digunakan hanya bila ada indikasi klinis yang tepat, misalnya demam akibat infeksi. Masyarakat perlu memahami perbedaan mendasar antara demam yang merupakan respons sistem imun terhadap infeksi dan hipertermia atau peningkatan suhu tubuh akibat paparan panas dari lingkungan. Penanganan yang keliru akibat kurangnya pengetahuan dapat memperburuk kondisi pasien.
Oleh karena itu, edukasi publik mengenai penggunaan obat yang rasional dan berbasis indikasi medis menjadi sangat penting, terutama selama musim kemarau. Pemahaman menyeluruh mengenai gejala, cara kerja obat, serta potensi efek sampingnya harus disosialisasikan secara luas melalui layanan kesehatan maupun media informasi. Edukasi ini tidak hanya bertujuan untuk mencegah kesalahan penanganan, tetapi juga untuk melindungi kelompok rentan seperti anak-anak, lansia, dan individu dengan komorbiditas. Pendekatan preventif berbasis edukasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan kesehatan di tengah cuaca ekstrem yang kian tidak menentu.