Jakarta, IDN Times
– Sinemaku Pictures kembali menghadirkan karya terbaru berjudul
Hanya Namamu Dalam Doaku
(2025). Film drama ini disutradarai oleh Reka Wijaya, serta dibintangi oleh Vino G Bastian, Nirina Zubir, Naysila Mirdad, Anantya Kirana, Ge Pamungkas, Enno Lerian, dan Dinda Kanyadewi.
Tidak hanya menawarkan cerita emosional, film ini juga membawa misi mulia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), sebuah kondisi yang masih asing di Indonesia. Sebagai produser, Prilly Latuconsina mencoba menjelaskan alasan mengapa kisah ini dibungkus dalam plot yang berpusat pada konflik keluarga.
1. Prilly coba balut kisah penderita ALS dalam konflik keluarga
Prilly mengungkapkan bahwa ide cerita film ini berasal dari curhatan penggemar Sinemaku Pictures, salah satunya tentang istri yang merawat suami penderita ALS.
“Jadi karena Sinemaku itu selalu mengangkat film tentang keluarga, makanya banyak yang suka curhat sama kita. Nah, ada satu yang bercerita tentang ALS ini, dan kami merasa ini bisa diangkat ke dalam film,” kata Prilly dalam konferensi pers di XXI Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Untuk membuat pesan lebih mudah diterima oleh penonton, Prilly dan tim memilih untuk membalut isu ALS dalam pusaran konflik keluarga.
“Sebagai
pembuat film
“kami menyadari bahwa cara terbaik untuk menyampaikan pesan adalah melalui cerita yang dapat dirasakan oleh banyak orang. Karena itu, kami menempatkan isu ALS di tengah konflik keluarga yang emosional,” ujar Prilly.
2. Angkat penyakit ALS karena masih asing di benak sebagian orang
ALS, penyakit saraf progresif yang menyebabkan kelumpuhan bertahap tanpa pengobatan penyembuh, masih kurang dikenal di Indonesia. Prilly juga menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kondisi ini.
”
Kesadaran
tentang penyakit ini
itu
masih kurang
sangat
Kami menemukan bahwa banyak penderita ALS yang bingung harus ke mana dan bagaimana menghadapi penyakit ini. Bahkan, diagnosisnya sering keliru karena gejalanya mirip
stroke
,” katanya.
Melalui
Hanya Namamu Dalam Doaku
, Prilly berharap film ini menjadi medium edukasi yang efektif sekaligus menyentuh hati penonton, mendorong pemahaman tentang tantangan yang dihadapi penderita ALS dan
pengasuh
-nya.
Tidak sekadar membuat film sedih-sedihan, tapi juga bisa
tingkatkan kesadaran
“karena kami di Sinemaku Pictures percaya bahwa film adalah medium yang sangat efektif untuk menyebarkan pesan,” tambah Prilly.
3. Prilly akui hubungannya dengan Omara ikut terdampak proyek ini
Ternyata, proses produksi film ini juga memberikan dampak emosional bagi kehidupan pribadi Prilly. Khususnya, hubungannya dengan pasangannya, Omara Esteghlal.
I
dampak
-nya di antara baik dan tidak, karena begini sering tantrum sama Omara. Kalau lagi
penyuntingan
Sayang (untuk Omara) kamu jangan sakit ya,
silakan
“Kayaknya gitu, ‘Kamu tolong jangan sakit, aku takut,'” cerita Prilly sambil tertawa.
Di sisi lain, proyek
Hanya Namamu Dalam Doaku
juga membuatnya lebih menghargai waktu bersama Omara.
”
Dampak
positif jadi makin cinta ke pasangan. Semoga yang menonton film ini menyadari bahwa waktu yang kita miliki bersama pasangan itu terbatas. Jadi, luangkan waktu sebaik-baiknya, jaga kesehatan, sampaikan perasaanmu kalau kamu sayang kepada mereka, dan selalu sebutkan namanya dalam doa,” pungkasnya.
Prilly Latuconsina Pastikan FFI 2025 akan Tetap Keren meski Efisiensi
7 Potret Prilly Latuconsina Resmi Jadi Dosen LSPR